Salam Persaudaraan
Acara temu kadhang / sarasehan yang akan dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2014 di Palangka raya, yang akan dihadiri oleh ketua umum pusat Madiun Mas Tarmadji Boedi Harsono. Rangkaian berbagai macam acara yang akan disajikan telah disiap kan oleh panitia penyambutan ketua umum pusat.
Kami mengundang dulur -dulur yang ada dipalangka raya dan sekitarnya maupun dari luar kota palangka raya, untuk bisa menjalin keakrapban guyup rukun antar sesama warga SH Terate, serta mempererat tali silahturahmi antar sesama warga.
Jaya Selalu " Setia Hati Terate "
Palangka Raya - Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Palangka Raya Rencananya akan mengadakan Tes Kenaiknn Sabuk Dari Hijau ke Putih pada hari sabtu 24 - 25 Agustus 2013 malam minggu pelaksanaannya pada Sabtu malam jam. 19.30 s/d 06.00 . Berdasarkan hasil rapat dulur - dulur SH Terate dari beberapa ranting Cabang Palangka Raya, Untuk mengambil kesepakatan bersama untuk nengadakan tes kenaikan sabuk disatukan dicabang, tepatnya di dinas kehutanan Provinsi Palangka raya selain dari pada itu para warga pelatih mengikuti persamaan materi yang akan diteskan agar siswa yang mengikuti pengetesan bisa berjalan lancar. Untuk para warga pengetes juga mendapatkan himbauan mengenai tatacara pengetesan terhadap siswa agar tidak memberkan hukuman yang sifat menbuat siswa peserta tes cidera.
Rencana pengambilan sabuk putih rencananya akan dilaksanakan satu minggu setelah tes kenaikan sabuk, yang akan dilaksanakan pada pagi hari minggu di bundaran besar palangka raya, kami para warga yang juga pelatih juga turut mendo'akan semoga Tes kenaikan sabuk dari Hijau ke Putih bisa berjalan Lancar tidak ada halangan satu pun apa. (Slamet Hariyadi.SH Terate)
PALANGKA RAYA - Jumlah anggota Persaudaraan Setia
Hati Terate (PSHT) di daerah ini terus bertambah. Bahkan tahun ini, ada
penambahan anggota baru setelah dilakukan wisuda atau pengesahan di tiga
kota di wilayah Kalteng, yaitu Palangka Raya, Sampit dan Pangkalan Bun
sejak November lalu. Tercatat ada 596 anggota yang baru disahkan tahun
ini.
Khusus untuk Cabang Palangka Raya, pengesahan anggota baru itu
dilaksanakan di Aula Asrama Haji Jalan G Obos Palangka Raya, Sabtu
(1/12) malam. Ada 85 orang yang disahkan menjadi anggota baru, yang
terdiri dari 21 putri dan 64 putra. Mereka yang diwisuda saat itu
berasal dari ranting-ranting di wilayah Cabang Palangka Raya. Yaitu
Ranting Darul Ulum P. Raya, Kalampangan, Katingan, Tewah, Kuala Kurun,
Puruk Cahu dan Ranting Pulang Pisau.
Selain di Palangka Raya, pengesahan anggota baru juga dilaksanakan PSHT
Cabang Pangkalan Bun (Kobar) yang diikuti 255 orang pada minggu 17
November 2012. Di Sampit (Kotim) juga dilaksanakan pengesahan calon
warga baru di Lapangan Tenis Kota Sampit yang diikuti 256 orang, yang
terdiri dari 36 putri dan 220 orang putra.
Pengesahan warga baru PSHT tahun ini di Sampit berbeda dari biasanya.
Karena selain jumlah pesertanya yang semakin meningkat, juga diikuti
oleh Bupati Kotim H Supian Hadi dan Direktur RSUD dr Murjani Sampit dr
Yuendri Irwanto. (ens)-
www.kaltengpos.web.id/?menu=feature&id=256
PALANGKA RAYA - Setiap tahun, anggota Persaudaraan Setia Hati (SH)
Terate terus bertambah. Bahkan pada 20 Desember lalu telah mengesahkan
126 anggota baru dari beberapa ranting di aula STAIN Palangka Raya.
Yaitu dari Ranting Pulang-Pisau, Tumbang Jutuh, Kuala Kurun, STAIN dan
juga dari Cabang Palangka Raya.
Pada malam pengesahan tersebut juga dihadiri unsur muspida, lurah dan
camat yang berada di sekitar tempat latihan serta berbagai perguruan
pencak silat yang tergabung dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia ( IPSI
). Saat pengesahan warga baru SH Terate tersebut, juga disajikan atraksi
seni dan sabong silat. Dewan pengesah warga baru SH Terate tidak hanya
dari Palangka Raya tapi juga didatangkan dari tingkat dua seperti Sampit
dan Pangkalan Bun.
Persaudaraan Setia Hati Terate adalah organisasi sosial yang bersifat
netral yang tidak terikat partai politik apapun dan juga tidak terikat
oleh suatu agama, suku bangsa ataupun golongan. Dengan pencak silat
sebagai ikatan dan persaudaraan yang kekal sebagai wadahnya yang
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Persaudaraan Setia Hati Terate berasal dari organisasi "Sedulur Tunggal
Kecer" (Saudara Satu Air) yang terbentuk pada 1903 oleh Ki Ageng
Surodiwiryo. Pada tahun 1917 disesuaikan keadaan, dan namanya diganti
menjadi "Setia Hati".
Ki Ageng Surodiwiryo dikenal masyarakat sebagai orang yang sabar,
berbudi luhur dan bermoral tinggi serta kasih sayang. Dia sangat gemar
dalam menimba berbagai ilmu, baik agama maupun beladiri, sehingga dalam
perkembangannya dapat menghimpun banyak permainan bela diri di berbagai
tempat
Seperti Bandung dengan permainan Cimande, Cikalong, Cipetir, Cibeduyut,
Cimalaya, Ciampea dan Sumedangan, Padang dengan permainan pencak silat
Pariaman, Padang Panjang, Bukit Tinggi, Alang Lawas, Lintau, Solok
Sterlak dan lain-lain. Kemudian di Betawi dengan permainan Pencak Silat
Betawen, Kwitang, Monyetan dan Permainan Toya.
Akhirnya pada 1922, oleh Murid Ki Ageng Surodiwiryo, Ki Hadjar Hardjo
Utomo, terbentuklah organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate yang
sampai sekarang telah mempunyai cabang di seluruh Indonesia yang
tersebar di berbagai kabupaten. Bahkan sampai di luar negeri pun telah
mempunyai perwakilan. Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate
merupakan salah satu perguruan pendiri Ikatan Pencak Silat Indonesia
(IPSI). (ens)
http://www.kaltengpos.web.id/?menu=detail_atas&idm=4102
http://www.kaltengpos.web.id/?menu=detail_atas&idm=4102
Sejarah Persaudaraan SETIA HATI TERATE
Untuk mengetahui apa yang mungkin terjadi nanti alangkah bijaksananya apabila kita mau mempelajari dan mengerti apa yang sekarang sedang berrlangsung. Sedangkan untuk mengerti apa yang sekarang sedang berlangsung, ada baiknya apabila kita mau mempelajari kejadian – kejadian yang baru saja berlangsung, akan tetapi juga kejadian yang sudah silam. Demikian juga bila kita ingin menulis sejarah Persaudaraan Setia Hati Ternate yang mencakup satu masa yang lamanya lebih dari pada setengah abad, dapatlah dipertanggung jawabkan sepenuhnya apabila kita menengok jauh lebih ke belakang lagi dari pada masa yang ingin kita teropong itu yaitu zaman dari “Ki Ngabehi Surodiwirjo” yang merupakan guru dari “KI HADJAR HARDJO OETOMO” Pendiri Persaudaraan Setia Hati Terate.
Sejarah Persaudaraan Setia HatiPada tahun 1903, bertempat di Kampung Tambak Gringsing, Surabaya, Ki Ngabeni Surodiwirjo membentuk persaudaraan yang anggota keluarganya disebut “Sedulur Tunggal Ketjer”, sedangkan permainan pencak silatnya disebut “Djojo Gendilo”
Tahun 1912, Ki Ngabeni Surodiwirjo berhenti bekerja karrena merasa kecewa disebabkan seringkali atasannya tidak menepati janji. Selain itu suasana mulai tidak menyenangkan karena pemeintah Hindia Belanda menaruh curiga; mengingat beliau pernah melempar seorang pelaut Belanda ke sungai dan beliau telah membentuk perkumpulan pencak silat sebagai alat pembela diri, ditambah pula beliau adalah seorang pemberani, Pemerintah Hindia Belanda mulai kwatir, beliau akan mampu membentuk kekuatan bangsa Indonesia dan menentang mereka. Setelah keluar dari pekerjaannya, beliau pergi ke Tegal.
Tahun 1914, Ki Ngabehi Surodiwirjo kembali ke Surabaya dan bekerja di Djawatan Kereta Api Kalimas, dan tahun 1915 pindah ke bengkel Kereta Api Madiun. Disini beliau mengaktifkan lagi Persaudaraan yang telah dibentuk di Surabaya, yaitu “Sedulur Tunggal Ketjer”, hanya pencak silatnya sekarang disebut “Djojo Gendilo Tjipto Muljo”. Sedangkan pada tahun 1917, nama – nama tersebut disesuaikan denngan keadaan zaman diganti menjadi nama “Perssaudaan Setia Hati”
Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Salah satu murud Ki Ngabehi Surodiwirjo yang militan dan cukup tangguh, yaitu Ki Hadjar Hardjo Oetomo mempunyai pendapat perlunya suatu organisasi untuk mengatur dan menertibkan personil maupun materi pelajaran Setia Hati, untuk itu beliau meohon doa restu kepada Ki Ngabehi Surodiwirjo. Ki Ngabehi Surodiwirjo memberi doa restu atas maksud tersebut., karena menurut pendapat beliau hal – hal seperti itu adalah tugas dan kewajiban anak muridnya, sedangkan tugas beliau hanyalah “menurunkan ilmu SH”. Selain itu Ki Ngabehi Surodiwirjo berpesan kepada Ki Hadjar Hardjo Oetomo agar jangan memakai nama SH dahulu.
Setelah mendapat ijin dari Ki Ngabehi Surodiwirjo, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 mengembangkan ilmu SH dengan nama Pencak Silat Club (P. S. C).
Karena Ki hadjar Hardjo Oetomo adalah orang SH, dan ilmu yang diajarkan adalah ilmu SH, maka lama – kelamaan beliau merasa kurang sreg mengembangkan ilmu SH dengan memakai nama lain, bukan nama SH. Kembali beliau menghadap Ki Ngabehi Surodiwirjo menyampaikan uneg – unegnya tersebut dan sekalian mohon untuk diperkenankan memakai nama SH dalam perguruannya. Oleh Ki Ngabehi Surodiwirjo maksud beliau direstui, dengan pesan jangan memakai nama SH saja, agar ada bedanya. Maka Pencak Silat Club oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo diganti dengan nama “SETIA HATI MUDA” (S. H. M).
Peranan Ki Hadjar Hardjo Oetomo Sebagai Perintis Kemerdekaan
Ki Hadjar Hardjo Oetomo mengembangkan ilmu SH di beberapa perguruan yang ada pada waktu antara lain perguruan Taman Siswo, Perguruan Boedi Oetomo dan lain – lain. Dalam mengajarkan ilmu SH beliau diantaranya adalah menamakan suatu sikap hidup, ialah “kita tidak mau menindas orang lain dan tidak mau ditindas oleh orang lain”. Walaupun pada waktu itu setiap mengadakan latihan tidak bisa berjalan lancar, karena apabila ada patroli Belanda lewat mereka segera bersembunyi; tetapi dengan dasar sikap hidup tersebut murid – murid beliau akhirnya menjadi pendekar – pendekar bangsa yang gagah berani dan menentang penjajah kolonialisme Belanda. Dibandingkan keadaan latihan masa lalu yang berbeda dengan keadaan latihan saat ini, seharusnya murid – murid SH lebih baik mutu dan segalanya dari pada murid – murid SH yang lalu. Melihat sepak terjang murid – murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang dipandang cukup membahayakan, maka Belanda segera menangkap Ki Hadjar Hardjo Oetomo bersama beberapa orang muridnya, dan selanjutnya dibuang ke Digul. Pembuangan Ki Hadjar Hadjo Oetomo ke Digul berlangsung sampai dua kali, karena tidak jera – jeranya beliau mengobarkan semangat perlawanan menentang penjajah.
Selain membuang Ki Hadjar hardjo Oetomo ke Digul, Pemerintah Hindia Belanda yang terkenal dengan caranya yang licik telah berusaha memolitisir SH Muda dengan menjuluki SHM bukan SH Muda, melainkan SH Merah; Merah disini maksudnya adalah Komunis. Dengan demikian pemerintah Belanda berusaha menyudutkan SH dengan harapan SH ditakuti dan dibenci oleh masyarakat dan bangsa Indonesia. Menanggapi sikap penjajah Belanda yang memolitisir nama SH Muda dengan nama SH Merah, maka Ki Hadjar Hardjo Oetomo segera merubah nama SH Muda menjadi “Persaudaan Setia Hati Terate” hingga sampai sekarang ini.
Melihat jasa – jasa Ki Hadjar Hardjo Oetomo tersebut, maka pemerintah Indonesia mengakui beliau sebagai “Pahlawan Perintis Kemerdekaan” , dan memberikan uang pensiun setiap bulan sebesar Rp. 50.000,00 yang diterimakan kepada isteri beliau semasa masih hidup.
Setelah meninggal dunia, beliau dimakamkan di makam “Pilangbango”, yang terlatak di sebelah Timur Kotamadya Madiun, dari Terminal Madiun menuju ke arah Timur. Beliau mempunyai 2 (dua) orang putra, yaitu seorang putri yang diperisteri oleh bapak Gunawan, dan Seorang putra yang bernama bapak “Harsono” sekarang berkediaman di jalan Pemuda no. 17 Surabaya. Ibu Hardjo Oetomo meninggal pada bulan September 1986 di tempat kediamannya, di desa Pilangbango Madiun.
Rumah beliau, oleh Bapak Harsono dihibahkan kepada Persaudaraan Setia Hati Terate pada akhir tahun 1987 dengan harga Rp. 12,5 juta. Rencana Pengurus Pusat, bekas rumah kediaman pendiri Persaudaraan SH Terate tersebut akan dipugar menjadi “Museum SH Terate” agar generasi penerus bisa menyaksikan peninggalan pendahulu – pendahulu kita sejak berdiri sampai dengan perkembangannya saat ini.
Akhir kata, sebelum menutup sejarah Pendiri Persaudaraan Setia Hati dan Persaudaraan Setia Hati Terate sebagai rasa hormat dan rasa kasih kita terhadap beliau berdua., marilah kita berdoa dalam bahasa kita masing – masing.
Untuk mengetahui apa yang mungkin terjadi nanti alangkah bijaksananya apabila kita mau mempelajari dan mengerti apa yang sekarang sedang berrlangsung. Sedangkan untuk mengerti apa yang sekarang sedang berlangsung, ada baiknya apabila kita mau mempelajari kejadian – kejadian yang baru saja berlangsung, akan tetapi juga kejadian yang sudah silam. Demikian juga bila kita ingin menulis sejarah Persaudaraan Setia Hati Ternate yang mencakup satu masa yang lamanya lebih dari pada setengah abad, dapatlah dipertanggung jawabkan sepenuhnya apabila kita menengok jauh lebih ke belakang lagi dari pada masa yang ingin kita teropong itu yaitu zaman dari “Ki Ngabehi Surodiwirjo” yang merupakan guru dari “KI HADJAR HARDJO OETOMO” Pendiri Persaudaraan Setia Hati Terate.
Sejarah Persaudaraan Setia HatiPada tahun 1903, bertempat di Kampung Tambak Gringsing, Surabaya, Ki Ngabeni Surodiwirjo membentuk persaudaraan yang anggota keluarganya disebut “Sedulur Tunggal Ketjer”, sedangkan permainan pencak silatnya disebut “Djojo Gendilo”
Tahun 1912, Ki Ngabeni Surodiwirjo berhenti bekerja karrena merasa kecewa disebabkan seringkali atasannya tidak menepati janji. Selain itu suasana mulai tidak menyenangkan karena pemeintah Hindia Belanda menaruh curiga; mengingat beliau pernah melempar seorang pelaut Belanda ke sungai dan beliau telah membentuk perkumpulan pencak silat sebagai alat pembela diri, ditambah pula beliau adalah seorang pemberani, Pemerintah Hindia Belanda mulai kwatir, beliau akan mampu membentuk kekuatan bangsa Indonesia dan menentang mereka. Setelah keluar dari pekerjaannya, beliau pergi ke Tegal.
Tahun 1914, Ki Ngabehi Surodiwirjo kembali ke Surabaya dan bekerja di Djawatan Kereta Api Kalimas, dan tahun 1915 pindah ke bengkel Kereta Api Madiun. Disini beliau mengaktifkan lagi Persaudaraan yang telah dibentuk di Surabaya, yaitu “Sedulur Tunggal Ketjer”, hanya pencak silatnya sekarang disebut “Djojo Gendilo Tjipto Muljo”. Sedangkan pada tahun 1917, nama – nama tersebut disesuaikan denngan keadaan zaman diganti menjadi nama “Perssaudaan Setia Hati”
Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Salah satu murud Ki Ngabehi Surodiwirjo yang militan dan cukup tangguh, yaitu Ki Hadjar Hardjo Oetomo mempunyai pendapat perlunya suatu organisasi untuk mengatur dan menertibkan personil maupun materi pelajaran Setia Hati, untuk itu beliau meohon doa restu kepada Ki Ngabehi Surodiwirjo. Ki Ngabehi Surodiwirjo memberi doa restu atas maksud tersebut., karena menurut pendapat beliau hal – hal seperti itu adalah tugas dan kewajiban anak muridnya, sedangkan tugas beliau hanyalah “menurunkan ilmu SH”. Selain itu Ki Ngabehi Surodiwirjo berpesan kepada Ki Hadjar Hardjo Oetomo agar jangan memakai nama SH dahulu.
Setelah mendapat ijin dari Ki Ngabehi Surodiwirjo, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 mengembangkan ilmu SH dengan nama Pencak Silat Club (P. S. C).
Karena Ki hadjar Hardjo Oetomo adalah orang SH, dan ilmu yang diajarkan adalah ilmu SH, maka lama – kelamaan beliau merasa kurang sreg mengembangkan ilmu SH dengan memakai nama lain, bukan nama SH. Kembali beliau menghadap Ki Ngabehi Surodiwirjo menyampaikan uneg – unegnya tersebut dan sekalian mohon untuk diperkenankan memakai nama SH dalam perguruannya. Oleh Ki Ngabehi Surodiwirjo maksud beliau direstui, dengan pesan jangan memakai nama SH saja, agar ada bedanya. Maka Pencak Silat Club oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo diganti dengan nama “SETIA HATI MUDA” (S. H. M).
Peranan Ki Hadjar Hardjo Oetomo Sebagai Perintis Kemerdekaan
Ki Hadjar Hardjo Oetomo mengembangkan ilmu SH di beberapa perguruan yang ada pada waktu antara lain perguruan Taman Siswo, Perguruan Boedi Oetomo dan lain – lain. Dalam mengajarkan ilmu SH beliau diantaranya adalah menamakan suatu sikap hidup, ialah “kita tidak mau menindas orang lain dan tidak mau ditindas oleh orang lain”. Walaupun pada waktu itu setiap mengadakan latihan tidak bisa berjalan lancar, karena apabila ada patroli Belanda lewat mereka segera bersembunyi; tetapi dengan dasar sikap hidup tersebut murid – murid beliau akhirnya menjadi pendekar – pendekar bangsa yang gagah berani dan menentang penjajah kolonialisme Belanda. Dibandingkan keadaan latihan masa lalu yang berbeda dengan keadaan latihan saat ini, seharusnya murid – murid SH lebih baik mutu dan segalanya dari pada murid – murid SH yang lalu. Melihat sepak terjang murid – murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang dipandang cukup membahayakan, maka Belanda segera menangkap Ki Hadjar Hardjo Oetomo bersama beberapa orang muridnya, dan selanjutnya dibuang ke Digul. Pembuangan Ki Hadjar Hadjo Oetomo ke Digul berlangsung sampai dua kali, karena tidak jera – jeranya beliau mengobarkan semangat perlawanan menentang penjajah.
Selain membuang Ki Hadjar hardjo Oetomo ke Digul, Pemerintah Hindia Belanda yang terkenal dengan caranya yang licik telah berusaha memolitisir SH Muda dengan menjuluki SHM bukan SH Muda, melainkan SH Merah; Merah disini maksudnya adalah Komunis. Dengan demikian pemerintah Belanda berusaha menyudutkan SH dengan harapan SH ditakuti dan dibenci oleh masyarakat dan bangsa Indonesia. Menanggapi sikap penjajah Belanda yang memolitisir nama SH Muda dengan nama SH Merah, maka Ki Hadjar Hardjo Oetomo segera merubah nama SH Muda menjadi “Persaudaan Setia Hati Terate” hingga sampai sekarang ini.
Melihat jasa – jasa Ki Hadjar Hardjo Oetomo tersebut, maka pemerintah Indonesia mengakui beliau sebagai “Pahlawan Perintis Kemerdekaan” , dan memberikan uang pensiun setiap bulan sebesar Rp. 50.000,00 yang diterimakan kepada isteri beliau semasa masih hidup.
Setelah meninggal dunia, beliau dimakamkan di makam “Pilangbango”, yang terlatak di sebelah Timur Kotamadya Madiun, dari Terminal Madiun menuju ke arah Timur. Beliau mempunyai 2 (dua) orang putra, yaitu seorang putri yang diperisteri oleh bapak Gunawan, dan Seorang putra yang bernama bapak “Harsono” sekarang berkediaman di jalan Pemuda no. 17 Surabaya. Ibu Hardjo Oetomo meninggal pada bulan September 1986 di tempat kediamannya, di desa Pilangbango Madiun.
Rumah beliau, oleh Bapak Harsono dihibahkan kepada Persaudaraan Setia Hati Terate pada akhir tahun 1987 dengan harga Rp. 12,5 juta. Rencana Pengurus Pusat, bekas rumah kediaman pendiri Persaudaraan SH Terate tersebut akan dipugar menjadi “Museum SH Terate” agar generasi penerus bisa menyaksikan peninggalan pendahulu – pendahulu kita sejak berdiri sampai dengan perkembangannya saat ini.
Akhir kata, sebelum menutup sejarah Pendiri Persaudaraan Setia Hati dan Persaudaraan Setia Hati Terate sebagai rasa hormat dan rasa kasih kita terhadap beliau berdua., marilah kita berdoa dalam bahasa kita masing – masing.
H.Tarmdji Budi Harsono |
Assalamualaikum wr wb. Adik-adik Calon Warga Baru dan Warga SH Terate
yang saya cintai Saudara Ketua Cabang SH Terate di seluruh pelosok
tanah air dan saudara-saudaraku Keluarga Besar SH Terate yang saya
sayangi.
Alhamdulillah, malam hari ini kita bisa berkumpul di sini dalam
jalinan persaudaraan yang dipenuhi rasa asah asih asuh. Persaudaraan
yang tulus dengan didasari rasa saling sayang menyayangi, hormat
menghormati dan bertanggung jawab. Persaudaraan yang tidak memandang
siapa aku dan siapa kamu, tidak dilandasi hegemoni keduniawian, seperti
drajat, pangkat dan martabat, juga bukan persaudaraan yang dibatasi
suku, ras, agama dan antargolongan.
Semua ini, semata-mata hanya karena berkah, rakhmat, hidayah dan
ridlo Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, mari kita bersama-sama
bermunajat, memanjatkan puji syukur. Sebab hanya karena ridlo-Nya itu
pulalah, kita bisa menyelenggarakan acara Pengesahan Warga Baru SH
Terate 1433 H ini, dalam kondisi sehat wal afiat, tak kurang suatu apa
pun.
Kedua, ucapan terimakasih selayaknya kita haturkan kepada perintis,
pendiri dan tokoh SH Terate yang telah bersusah payah membimbing dan
mengenalkan kita pada ajaran budi luhur tahu benar dan salah, beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana tujuan ajaran SH
Terate.
Adik-adik Calon Warga Baru dan Keluarga Besar SH Terate yang saya cintai.
Mamasuki tahun baru 1433 Hijriah ini, alhamdulillah tugas kita
mengemban dharma dan amanat budi luhur sepanjang tahun 1432
terselesaikan. Hasilnya, harus kita sadari masih jauh dari kesempurnaan.
Sebab, nilai-nilai kesempurnaan itu mutlak milik Allah, Tuhan Yang Maha
Esa. Maknanya, masih banyak kekurangan yang harus dijadikan bahan
evaluasi. Sementara kelebihan yang terjadi selama kita berdharma
sepanjang tahun 1432 H, wajib pula diyakini sebagai karunia Allah, Tuhan
Yang Maha Esa.
Searah itu, mementum tutup tahun 1433 H ini kita jadikan wahana
evaluasi diri. Bersama-sama, mari kita akhiri hal-hal yang negatif dan
kita tatap masa depan dengan penuh optimisme.
Sebab, tugas kita mengemban amanat budi luhur terbentang di depan
mata. Jika tahun 1433 H diibaratkan sebagai pelagan dharma atau
perjuangan memperkokoh eksistensi kemanusiaan, yakinlah, tantangan itu
terbentang di depan mata. Baik tantangan yang berwujud pergeseran nilai
sebagai dampak era transformasi, maupun tantangan yang lahir dari diri
kita sendiri sebagai titah sakwantah (makhluk universal).
Namun demikian, saya perlu mengingatkan kepada saudara saudaraku,
calon warga dan keluarga besar SH Terate, segala bentuk tantangan dan
rintangan itu pada hakikatnya bukan berada di luar diri kita. Tapi ada
di dalam diri kita sendiri. Sebab, musuh terbesar umat manusia adalah
dirinya sendiri. Hawa nafsunya sendiri. Dalam priambole SH Terate
dikatakan “…dalam pada itu SETIA HATI sadar dan yakin bahwa sebab utama
dari segala rintangan dan malapetaka serta lawan kebenaran hidup yang
sesungguhnya bulanlah insan, makhluk atau kekuatan yang di luar
dirinya.”
Menyadari itu, saya menghimbau, mari kita jadikan momentum tahun baru
Hijriyah ini sebagai kajian evaluasi diri (mesu budi), perbanyak
tirakat dan berlomba membersihkan hati. Kemudian, dengan penuh kesadaran
bersama-sama kembali pada nilai-nilai ajaran Setia Hati Terate. Istilah
yang lebih populer, mari kita bersama-sama kembali ke laptop.
Sebagai laku ikhtiar dalam proses menyelamatkan ajaran SH Terate itu
pula, alhamdulillah sekarang kita sudah memiliki hak paten. Sejumlah
aset SH Terate, yang telah mendapatkan hak paten, antara lain
lambang/bagde, baju seragam, tulisan, senam, jurus pasangan, baju batik,
logo dan Mars SH Terate. Sementara kekayaan inteltual dan produk budaya
warisan leluhur SH Terate, saat ini masih dalam proses pengurusan hak
paten. Konsekuensi logis dari hak paten itu, tugas kita adalah
bersama-sama menjaga aset inteltual yang sudah kita patenkan itu dengan
tetap mengedepankan persaudaraan dan nilai-nilai kearifan serta
kesatriaan.
Adik-adik Calon Warga Baru dan
Keluarga Besar SH Terate yang saya cintai.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini pula tidak bosan-bosannya saya
katakan, bahwa tujuan SH Terate adalah membentuk manusia berbudi luhur
tahu benar dan salah, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam
jalinan persaudaraan kekal abadi, melalui pelajaran pencak silat.
Persaudaraan yang diyakini dan dianut oleh SH Terate adalah
persaudaraan yang tulus dengan didasari rasa saling sayang menyayangi,
hormat menghormati dan bertanggung jawab. Persaudaraan yang tidak
memandang siapa aku dan siapa kamu, tidak dilandasi hegemoni
keduniawian, seperti drajat, pangkat dan martabat, juga bukan
persaudaraan yang dibatasi suku, ras, agama dan antargolongan.
Maknanya, persaudaraan yang dianut SH Terate adalah sebuah jalinan
persaudaran yang seutuhnya. Sebab SH Terate meyakini, bahwa semua
manusia yang ada di muka bumi ini pada dasarnya sama. Titah sakwantah .
Makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Di mata Allah, yang dinilai hanya kadar
ketakwaannya.
Menyadari hakikat persaudaraan sedemikian itu, maka tugas dan
kewajiban kita yang utama adalah menjaga persaudaraan yang telah kita
yakini ini demi terwujudnya kedamaian dan kelestarian dunia (Mamayu
hayuhning bawono).
Persaudaraan ini, akan tetap utuh kalau kita ini tidak merasa, aku
sing paling kuat, aku sing paling pinter aku sing paling ngerti
(Adigang, adigung, adiguna). Kita dididik penuh kesederhanaan. Status
yang kita sandang saat ini hanya titipan sementara. Dan, itu tidak akan
berpengaruh di dalam paseduluran (persaudaraan).
Terakhir, Alhamdulillah, saat ini sampailah kita di awal tahun 1433
H. Tahun yang dimulai dengan bulan Muharram atau bulan Suro. Bulan penuh
rakhmat, tantangan, barokah sekaligus mukzizat. Juga, bulan penuh
kemenangan yang diberikan Tuhan kepada nabi panutan umat manusia.
Sejarah mencatat, nabi-nabi besar panutan umat terlepas dari ‘bala”
atau bencana yang bersumber atas tragedi kemanusiaan, di bulan Muharram
atau bulan Suro. Merevitalisasi momen ini, pengesahan Calon Warga Baru
SH Terate sengaja dilakukan pada bulan Suro.
Harapannya, calon warga baru yang kita syahkan malam ini, akan
mendapatkan ridlo dan karunia dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
Dibersihkan jiwaraganya (tinata lahir bathine). Sehingga menjadi SH-wan
atau orang yang berkepribadian Setia Hati. Yakni, seorang yang berbudi
luhur tahu benar dan salah, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mampu menempatkan rasa keadilan dan arifan dalam pergaulan di
tengah masyarakat, serta selalu terbuka untuk memberikan maaf terhadap
sesama (gung samodra pangaksami).
Kepada Keluarga Besar SH Terate saya tegaskan, mari kita bersama-sama
berjuang untuk memegang teguh ajaran Setia Hati. Mari kita kembali ke
jatidiri. SH Terate ini jangan di bawa kemana-mana. Tapi perjuangkan
terus agar SH Terate ada di mana-mana. Bagi saudara saya, warga SH
Terate yang secara kebetulan atau sengaja mempelajari ilmu (ngelmu)
maupun laku, yang bersumber dari luar ajaran SH Terate, saya meminta,
jadikan itu hanya sebagai bekal pengayaan keilmuan pribadi
masing-masing. Jangan sekali-kali mencoba mencampur adukkan atau
mengajarkan laku dan ilmu yang diperoleh dari luar kepada kadang SH
Terate. Ini terkandung maksud agar kemurnian ajaran SH Teate tetap
terjaga.
Adik-adik Calon Warga Baru dan
Keluarga Besar SH Terate yang saya cintai.
Pada bulan Muharram kali ini, saya mengajak saudaraku di manapun
berada, mari kita jadikan tanggal 1 Suro atau 1 Muharram sebagai Hari
Kelahiran SH Terate. Tujuannnya, agar Keluarga Besar SH Terate selalu
ingat bahwa bulan Suro atau Muharam itu “bulan tirakat”, bulan “mesu
budi”, kemudian, hari-harinya selalu disibukkan dengan berdoa, mesu budi
dan mendekat kepada Allah, sehingga Allah, Tuhan Yang Maha Esa
mengangkat derajat kita ke derajat tertinggi. Kedua, agar SH Terate ikut
didoakan masyarakat banyak yang pada malam 1 Suro melakukan tirakatan,
sehingga SH Terate akan tetap jaya, kekal abadi selama-lamanya. Sebab,
kita yakin, kekuatan dan kesaktian tertinggi manusia tidak ada lain
kecuali doa.
Kepada calon warga baru SH Terate yang malam ini akan disyahkan, saya
berpesan, setelah saudara disyahkan, tolong jaga harkat dan martabat SH
Terate. Jangan sekali-kali saudara menodai citra SH Terate.
Akhirnya, kepada panitia Pengesahan Warga Baru SH Terate, dan semua yang ikut membantu terselenggaranya acara pengesahan ini, saya ucapkan terimakasih. Semoga Allah SWT menjadikan dharma saudara sebagai tanaman yang dikemudian hari berbuah kebajikan..
Akhirnya, kepada panitia Pengesahan Warga Baru SH Terate, dan semua yang ikut membantu terselenggaranya acara pengesahan ini, saya ucapkan terimakasih. Semoga Allah SWT menjadikan dharma saudara sebagai tanaman yang dikemudian hari berbuah kebajikan..
Kepada Adik-Adik Calon Warga Baru SH Terate, saya ucapkan selamat
mengikuti acara pengesahan ini dengan hati yang bersih dan pikiran yang
tenang. Kepada Bapak dan Ibu, saya minta ikut mendoakan. Harapan saya
semoga setelah disyahkan, saudara bermanfaat bagi kemaslahatan umat.
Akhirnya, sebelum mengakhiri sambutan saya, mari kita bersama-sama bersemboyan.
SELAMA MATAHARI MASIH BERSINAR, SELAMA BUMI MASIH
DIHUNI MANUSIA,
SELAMA ITU PULA SH TERATE, TETAP JAYA,
KEKAL ABADI, SELAMA-LAMANYA.
Wassalamualaikum Wr Wb
Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun
H. TARMADJI BOEDI HARSONO,S.E
http://www.shterate.com/wasiat-ketua-umum-sh-terate-untuk-1-suro-1433-h/
http://www.shterate.com/wasiat-ketua-umum-sh-terate-untuk-1-suro-1433-h/
Langganan:
Postingan (Atom)